en id

Blacius Subono


Blacius Subono atau Bono lahir di Klaten, 3 Februari 1954 dan mewarisi keahlian mendalang dari sang ayah. Sejak kecil Bono sudah terbiasa menyaksikan pertunjukan wayang karena sering menemani ayahnya mendalang dan belajar menabuh gamelan. Bahkan, Bono dikenal sebagai dalang cilik yang rajin pentas di muka umum saat berusia 12 tahun. Selepas SMP, ia menempuh pendidikan di Konservatori Karawitan Surakarta. Kemudian, Bono menempuh pendidikan sarjana jurusan Seni Pedalangan dan program pascasarjana Penciptaan Seni minat Pewayangan Nusantara di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Lingkungan keluarga dalang dan pendidikan formal seni karawitan membentuk keahliannya sebagai pengrawit, dalang, penata musik, komponis, dan penulis naskah sekaligus. Sebagai seniman yang berlatar seni tradisi, Bono memperluas ruang kreativitasnya pada dua dimensi budaya yakni tradisi dan budaya masa kini. Ia sangat piawai merancang konstruksi jalinan suara gending-gending masa lalu ke dalam wacana karakteristik baru yang lebih dramatis. Ragam inovasinya diterapkan dalam karya-karyanya, contohnya garapan gending pakeliran baru pada Wayang Kancil, Wayang Sandosa, Wayang Wahyu, dan Wayang Multimedia. Tak heran, ia disebut sebagai ‘pengrawit edan’ oleh kawan sesama seniman.

Ia menggarap penataan gending untuk berbagai seniman kenamaan, seperti dalang Ki Mantep Sudharsono, Ki Anom Suroto–seniman tari Sardono W. Kusumo, Retno Maruti, Elly dan Deddy Luthan. Bono juga telah diundang untuk pentas di Amerika Serikat dan Kanada, Ingris, Perancis, Italia, Belanda, Australia, Singapura, Hongkong, dan Jepang. Atas kiprahnya, Bono menerima Satya Lencana Budaya dari Lembaga Kebudayaan Jawa, Anugerah Seni dari Mendikbud RI (1996). Saat ini ia mengajar seni pedalangan di almamaternya, Institut Seni Indonesia Surakarta.

Daftar Untuk Buletin Kami

Tetap update dan dapatkan berita terbaru kami langsung ke inbox Anda