Hartati
Lahir di Jakarta, 27 Februari 1966, Hartati yang dibesarkan di kampung halaman orang tuanya, Muaralabuh, Solok Selatan, Sumatra Barat sudah mengenal tari Minang sejak kecil. Kemudian ia belajar tari daerah lain, seperti Jawa, Bali, Sunda, Melayu, dan Aceh ketika berkuliah di Jurusan Tari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tahun 1986. Ini mengapa karya-karya Hartati tak lepas dari sentuhan Minang meski tidak tergambar secara langsung. Di sisi lain, sebagai koreografer kontemporer, Hartati terus berinovasi dan membuka diri pada perkembangan zaman dengan cara mengawinkan unsur modern dan tradisi.
Hartati adalah koreografer yang sangat percaya pada kemampuan bicara sebuah gerak. Namun baginya penari patut menguasai teknik secara menyeluruh. Tak hanya teknik tarian, tapi kemampuan penghayatan yang mendalam sehingga ada penjiwaan, penafsiran, dan ekspresi. Hal-hal esensial yang mempengaruhi proses kreatif Hartati banyak diserap dari Alm. Gusmiati Suid saat ia bergabung dengan kelompok Gumarang Sakti.
Momentum awal Hartati adalah karya “Sayap yang Patah” pada tahun 2001 yang menceritakan pengalaman empirisnya sebagai perempuan dengan segala persoalan dan fungsinya di ranah privat dan publik, di tengah urusan domestik dan karir. Hartati juga merupakan peraih program Empowering Women Artist (EWA) Kelola generasi awal untuk karya “Hari Ini” (2007), “Cinta Kita” (2008), dan “In/Out” (2009). Sebelumnya, pada tahun 2002, Hartati juga meraih Hibah Seni Kelola untuk karya “Membaca Meja”.
Profesionalisme Hartati sangat tinggi terlihat dari bagaimana ia terlibat dalam berbagai produksi dan gelaran internasional misalnya menjadi koreografer Laskar Pelangi, Sea Games 2011, dan Asian Games 2018. Salah satu kolaborasi yang paling menantang adalah kolaborasi dengan Marc Appart, komposer Belgia, yang dilakukan secara jarak jauh selama dua tahun untuk mencipta komposisi untuk tari berjudul “Hari ini”.
Artist’s Statement
Sebagai seniman tari, berkarya adalah suatu pernyataan eksistensi diri di tengah masyarakat dan merupakan ruang berdialog dengan isu, wacana dan gagasan. Berkarya di panggung memberikan kebahagiaan tersendiri saat mendapat respon dan apresiasi dari masyarakat. Namun seniman tari tidak hanya berkarya di panggung, kadang juga di tengah masyarakat yang sama sekali tidak memahami apa itu tari sebagai bagian dari pendidikan tentang apa itu kreativitas, bekerja sama, proses berkesenian, dan sebagainya. Berkarya seperti ini sensasinya juga luar biasa. Seniman tari selayaknya tidak saja memikirkan karya personal namun juga membangun daya cipta masyarakat yang tidak memahami apa itu tari. Pengalaman ini menjadi bagian dari riset yang tidak direncanakan, mendapat banyak inspirasi, dan pengetahuan baru.
Pencapaian
2007
Peraih Hibah dalam program Empowering Women Artist Kelola (2007-2009) untuk karya “Hari Ini”, “Cinta Kita” dan “In/Out”, dipentaskan di Jakarta.
2002
Peraih Hibah Seni Kelola untuk karya “Membaca Meja” dipentaskan di Jakarta.
2000
Peraih hibah dari Asia Cultural Council sebagai visiting artist di New York, USA.
Afiliasi
2015
Board Jakarta Dance Carnival (s.d. sekarang)
2015
Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (s.d. 2018)
2013
Anggota Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (s.d. 2015)
2007
Dosen tidak tetap di Jurusan Tari Institut Kesenian Jakarta (s.d. 2014)
1991
Dosen tidak tetap di Jurusan Tari Institut Kesenian Jakarta (s.d. 1997)
Kontak
Email: tatinfn@gmail.com
Facebook | Twitter | Instagram | Youtube