Teater Payung Hitam

Teater Payung Hitam dibentuk oleh Rahman Sabur pada 1982, di Bandung. Awalnya mereka membawakan drama realis karya para penulis Indonesia. Lalu, mereka mengeksplorasi berbagai hal untuk menemukan bentuk ekspresi dan gaya pementasan yang cocok. Selanjutnya, mereka identik dengan bentuk teater non-verbal dengan pencapaian terbaiknya melalui karya “Kaspar” (1994) dan “Merah Bolong Putih Doblong Hitam” (1997).

Bentuk teater non-verbal ini banyak dipengaruhi oleh Rahman Sabur sebagai penyair liris pada awal karirnya.  Ia menghindari banyaknya kata dalam sajak-sajaknya, begitu pula pada karya teaternya yang sarat akan lambang visual, auditif, dan kinetik. Meski demikian, Payung Hitam selalu bergerak mengikuti zaman. Permasalahan masyarakat menjadi tema yang banyak diusung dalam karya-karya mereka, terutama pada masa Orde Baru. Mereka mengkritik perilaku para elit melalu pementasan teater, di antaranya “Masbret” (1994) adaptasi dari Macbeth karya Ionesco, Katakitamati (1998), Tiang ½ Tiang (1999) dan lain-lain.

Pascarezim Orde Baru, Payung Hitam mulai fokus pada isu alam dan lingkungan, khususnya terkait gejala kehancuran ekosistem dunia. Payung Hitam pernah beberapa kali meraih Hibah Seni dari Yayasan Kelola, antara lain “Kaspar” karya Peter Handke (Pentas Keliling, 2001), Dunia Toni (Karya Inovatif, 2004), Relief Airmata (Pentas Keliling, 2006), “Lagoe Jang Di Koeboerkan” (Karya Inovatif, 2011), dan “Segera” (Pentas Keliling, 2013).

Karya-karya mereka telah dipentaskan di berbagai kota di Indonesia hingga sejumlah festival di luar negeri. Lakon berjudul “Katakitamati” telah didokumentasikan oleh Curriculum Corporation untuk digunakan sebagai media pendidikan seni di Sekolah Menengah Atas (SMA) South Victoria, Australia, dengan judul Asia Through Asian Eyes.

Kontak

Teater Payung Hitam

Jl. Kencana Arum V No. 4A Komplek Pandanwangi Bandung West Java

Email: payung_hitam82@yahoo.com

Website: yayasanpayunghitam.webs.com