Teater Koma
Teater Koma terbentuk pada 1 Maret 1977. Pendirinya adalah Nano Riantiarno, Ratna Madjid, Sjaeful Anwar, Rudjito, Rima Melati, Jajang Pamontjak, Titi Qadarsih, Cini Goenarwan, Jimi B. Ardi, Otong Lenon, Zaenal Bungsu, dan Agung Dauhan. Nama ‘Koma’ dipilih agar gerakan kelompok ini terus berkelanjutan, tanpa henti dan tak mengenal titik. Pentas perdana mereka adalah “Rumah Kertas” (1977) disutradarai Nano Riantiarno dan digelar di Teater Tertutup Taman Ismail Marzuki.
Dalam proses kreatifnya, Teater Koma berupaya mendekatkan diri dengan masyarakat. Ide-ide yang tampak sepele diwujudkan dengan dasar pijakan yang kuat. Teaternya adalah gabungan dari teater masa lalu dan berbagai pemikiran masa kini. Mereka juga percaya bahwa hasil pementasan yang baik memerlukan proses yang panjang, sehingga tak perlu tergesa-gesa.
Teater Koma pernah meraih Hibah Seni Kelola 2002 kategori Pentas Keliling untuk karya “Sampek Engtay” (1988). Nano Riantiarno menyadur lakon klasik Cina ini dan memindahkan peristiwanya ke daerah Banten. Meski struktur ceritanya tidak berubah, Nano Riantiarno hanya menambahkan ‘kembang lakon’ agar berbeda dari sejumlah versi yang ada. Lakon ini adalah salah satu karya yang paling sering dipentaskan Teater Koma. Pementasan ini sempat dilarang pada Mei 1989 di Medan, Sumatera Utara lantaran dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
Pertunjukan Teater Koma selalu dinanti penonton setianya, bahkan kini telah mengalami regenerasi. Berdasarkan survei, penonton Teater Koma yang setia menonton sejak 1977 hingga 2010 mencapai 50% dari seluruh jumlah penonton. Tak hanya penonton, mereka juga meregenerasi ke segala bidang, seperti aktor, dramaturgi, sutradara, kritikus, pemikir, penulis, pekerja panggung, manajemen pengelolaan, dan sebagainya.
Kontak
Teater Koma
Jalan Cempaka Raya No.15, Bintaro 12330
Email: rnr@centrin.net.id, info@teaterkoma.org
Website: www.teaterkoma.org