Wahyu Widayati
Wahyu Widayati yang biasa disapa Inong lahir di desa Gebang, Masaran, Sragen, 1 Februari 1964 dan dibesarkan oleh neneknya. Ia belajar menari Jawa sejak kecil karena sering diajak bibinya yang juga guru tari di sebuah sekolah. Setamat SMP, Wahyu mengambil Jurusan Tari di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (sekarang SMKN 7) Surakarta. Lalu, ia melanjutkan pendidikan tari di Akademi Seni Karawitan Indonesia (sekarang Institut Seni Indonesia) di Surakarta.
Di luar pendidikan formal, Wahyu mengembangkan bakat seninya di bidang teater bersama grup teater berbahasa Jawa, Teater Gapit. Awalnya hanya peran kecil, namun Bambang Widoyo Sp atau Kenthut, pimpinan Teater Gapit melihat potensi dalam diri Wahyu. Semenjak itu, ia dipercaya mengambil peran utama dalam lakon “TUK”, “DOM” dan lain sebagainya. Kiprahnya ini membuat dirinya lebih dikenal sebagai pemain teater dibandingkan penari.
Wahyu membentuk kelompok teater tari Sahita pada tahun 2001 bersama tiga kawannya dari Teater Gapit, antara lain Sri Lestari (Cempluk), Sri Setyoasih (Thing-thong), dan Atik Kenconosari. Sahita yang berarti kebersamaan selalu tampil sebagai perempuan tua lengkap dengan busana khas Jawa. Bersama Sahita, ia melahirkan sejumlah karya berbasis tari tradisi dan tembang Jawa, seperti Iber-iber Tledhek Barangan”, ”Srimpi Srimpet”, atau ”Pangkur Brujul”. Lambat laun karya Sahita pun tak hanya menampilkan lakon perempuan Jawa yang lucu, tapi juga memasukkan isu pemberdayaan perempuan dan politik.
Wahyu menerima Hibah Seni Kelola 2006 kategori Karya Inovatif untuk karya “The Destiny of Dewi Sri” dipentaskan di teater terbuka Bong Taman Budaya Jawa Tengah, Solo. Sehari-hari ia bekerja sebagai pegawai Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT).