Dindon W. S.
Wahyudin Sukarja atau yang dikenal dengan nama Dindon W. S. lahir di Jakarta, 10 Agustus 1960. Sukarja, ayahnya adalah seorang penikmat kesenian yang sering mengajak Dindon menyaksikan berbagai jenis pertunjukan seni. Setiap libur sekolah, Dindon kerap menonton pementasan topeng banjet di kampung halaman ayahnya, Sumedang. Ia masuk sanggar tari ketika berusia lima tahun. Selepas SMA, Dindon belajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara namun tidak selesai lantaran aktif berteater.
Karya-karyanya bersama Teater Kubur banyak mengangkat tema lingkungan dan kemanusiaan. Naskah perdananya adalah “Sirkus Anjing” (1987). Karya ini diperbaharui pada tahun 2004 untuk dipentaskan dalam Festival Art Summit di Jakarta. Setelah “Sirkus Anjing”, ia melahirkan banyak karya lain, seperti “Tombol 13” (1993), “Sandiwara Doll” (1998), “Danga-Dongo” (2000), “Jas Dalam Toilet” (2004), “On/Off” (2008), “Rumah Bolong” (2010), dan lain-lain.
Baginya teater adalah hidup. Ia konsisten berkarya bersama Teater Kubur hingga berpentas di dalam maupun luar negeri. Dindon sering diundang memberikan pelatihan, workshop, dan seminar yang berkaitan dengan seni teater. Dindon menjadi salah satu maestro seni teater dalam program Belajar Bersama Maestro yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Dindon W. S.
Wahyudin Sukarja atau yang dikenal dengan nama Dindon W. S. lahir di Jakarta, 10 Agustus 1960. Sukarja, ayahnya adalah seorang penikmat kesenian yang sering mengajak Dindon menyaksikan berbagai jenis pertunjukan seni. Setiap libur sekolah, Dindon kerap menonton pementasan topeng banjet di kampung halaman ayahnya, Sumedang. Ia masuk sanggar tari ketika berusia lima tahun. Selepas SMA, Dindon belajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara namun tidak selesai lantaran aktif berteater.
Karya-karyanya bersama Teater Kubur banyak mengangkat tema lingkungan dan kemanusiaan. Naskah perdananya adalah “Sirkus Anjing” (1987). Karya ini diperbaharui pada tahun 2004 untuk dipentaskan dalam Festival Art Summit di Jakarta. Setelah “Sirkus Anjing”, ia melahirkan banyak karya lain, seperti “Tombol 13” (1993), “Sandiwara Doll” (1998), “Danga-Dongo” (2000), “Jas Dalam Toilet” (2004), “On/Off” (2008), “Rumah Bolong” (2010), dan lain-lain.
Baginya teater adalah hidup. Ia konsisten berkarya bersama Teater Kubur hingga berpentas di dalam maupun luar negeri. Dindon sering diundang memberikan pelatihan, workshop, dan seminar yang berkaitan dengan seni teater. Dindon menjadi salah satu maestro seni teater dalam program Belajar Bersama Maestro yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.