Putu Wijaya
Putu Wijaya lahir pada 11 April 1944 di Puri Anom, Saren Kangin, Tabanan, Bali. Terlahir dari keluarga bangsawan, masa kecilnya penuh aturan dan didikan keras dari sang ayah, I Gusti Ngurah Raka. Tapi di sisi lain, ayahnya pula yang mewariskan kebiasaan membaca. Sejak SD, Putu banyak membaca karya sastra, baik sastrawan dunia maupun Indonesia. Ketika SMA, ia pernah bermain dalam pementasan “Badak” karya Anton Chekov saat acara perpisahan sekolah. Kemudian, Putu melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta, di antaranya Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), dan Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi).
Putu pernah bekerja sebagai wartawan dan redaktur beberapa media, termasuk Majalah Tempo. Hingga saat ini, ia telah banyak menulis naskah drama, novel, cerpen, makalah dan esai. Karya-karya teaternya sudah dipentaskan di berbagai tempat di Indonesia hingga mancanegara. Putu menerima Penghargaan Kebudayaan yang diserahkan oleh Presiden Joko Widodo dalam Konggres Kebudayaan 2018.
Putu Wijaya
Putu Wijaya lahir pada 11 April 1944 di Puri Anom, Saren Kangin, Tabanan, Bali. Terlahir dari keluarga bangsawan, masa kecilnya penuh aturan dan didikan keras dari sang ayah, I Gusti Ngurah Raka. Tapi di sisi lain, ayahnya pula yang mewariskan kebiasaan membaca. Sejak SD, Putu banyak membaca karya sastra, baik sastrawan dunia maupun Indonesia. Ketika SMA, ia pernah bermain dalam pementasan “Badak” karya Anton Chekov saat acara perpisahan sekolah. Kemudian, Putu melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta, di antaranya Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), dan Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi).
Putu pernah bekerja sebagai wartawan dan redaktur beberapa media, termasuk Majalah Tempo. Hingga saat ini, ia telah banyak menulis naskah drama, novel, cerpen, makalah dan esai. Karya-karya teaternya sudah dipentaskan di berbagai tempat di Indonesia hingga mancanegara. Putu menerima Penghargaan Kebudayaan yang diserahkan oleh Presiden Joko Widodo dalam Konggres Kebudayaan 2018.