Slamet Abdul Sjukur
Slamet Abdul Syukur lahir tanggal 30 Juni 1935 di Surabaya, Jawa Timur. Ketertarikannya pada seni musik bermula dari piano yang dibelikan ayahnya. Sejak tahun 1944, Slamet mulai belajar piano dengan sejumlah guru. Ia pun terpilih menjadi pianis pengiring siaran anak-anak PODO-MORO di RRI Malang dan RRI Kediri pada tahun 1948. Selanjutnya, Slamet belajar musik secara formal di Sekolah Musik Indonesia, Yogyakarta (SMIND Yogyakarta), setingkat konservatorium musik. Berbekal beasiswa dari Prancis, Slamet meneruskan pendidikannya Conservatoire National Supérieur de Musique de Paris dan École Normale de Musique de Paris.
Saat menciptakan karya, Slamet menerapkan prinsip Minimax, dari sesuatu yang sederhana atau minimal menjadi sesuatu secara maksimal dan kompleks. Ia sering menggunakan sistem Kaballah numerology, Ferment spiral (r2 = ao) maupun matematik. Karya perdana Slamet berjudul “Parentheses I+II” (1972), sebuah karya multi dimensi yang menampilkan penari, kursi menggantung, cahaya lampu dan piano sumbat/prepared piano. Melalui karya ini, ia ingin penonton menghargai sunyi, sebab bunyi menjadi berarti dan sakral ketika sunyi. Slamet mementaskannya pertama kali di Paris (1972), kemudian karya ini juga tampil di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (1977).
Sepulang dari Paris, Slamet mengajar di beberapa lembaga, di antaranya Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ)―sekarang Institut Kesenian Jakarta (IKJ); Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta; Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Slamet meraih sejumlah penghargaan berkat kiprahnya di dunia musik, di antaranya Officier de l’ordre des arts et des lettres, Prancis (2000); Millennium Hall of Fame, American Biographical Institute (1998), Pionir Musik Alternatif dari majalah Gatra (1996); Medaille Commemorative Zoltan Kodaly, Hungaria (1983).
Slamet Abdul Sjukur
Slamet Abdul Syukur lahir tanggal 30 Juni 1935 di Surabaya, Jawa Timur. Ketertarikannya pada seni musik bermula dari piano yang dibelikan ayahnya. Sejak tahun 1944, Slamet mulai belajar piano dengan sejumlah guru. Ia pun terpilih menjadi pianis pengiring siaran anak-anak PODO-MORO di RRI Malang dan RRI Kediri pada tahun 1948. Selanjutnya, Slamet belajar musik secara formal di Sekolah Musik Indonesia, Yogyakarta (SMIND Yogyakarta), setingkat konservatorium musik. Berbekal beasiswa dari Prancis, Slamet meneruskan pendidikannya Conservatoire National Supérieur de Musique de Paris dan École Normale de Musique de Paris.
Saat menciptakan karya, Slamet menerapkan prinsip Minimax, dari sesuatu yang sederhana atau minimal menjadi sesuatu secara maksimal dan kompleks. Ia sering menggunakan sistem Kaballah numerology, Ferment spiral (r2 = ao) maupun matematik. Karya perdana Slamet berjudul “Parentheses I+II” (1972), sebuah karya multi dimensi yang menampilkan penari, kursi menggantung, cahaya lampu dan piano sumbat/prepared piano. Melalui karya ini, ia ingin penonton menghargai sunyi, sebab bunyi menjadi berarti dan sakral ketika sunyi. Slamet mementaskannya pertama kali di Paris (1972), kemudian karya ini juga tampil di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (1977).
Sepulang dari Paris, Slamet mengajar di beberapa lembaga, di antaranya Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ)―sekarang Institut Kesenian Jakarta (IKJ); Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta; Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Slamet meraih sejumlah penghargaan berkat kiprahnya di dunia musik, di antaranya Officier de l’ordre des arts et des lettres, Prancis (2000); Millennium Hall of Fame, American Biographical Institute (1998), Pionir Musik Alternatif dari majalah Gatra (1996); Medaille Commemorative Zoltan Kodaly, Hungaria (1983).