Selama dua dekade, Hibah Seni dari Kelola telah menjadi program yang mendukung seniman dan kelompok seni di Indonesia dalam menciptakan dan mendistribusikan karya-karya pertunjukan. Namun, di tengah perubahan lanskap seni pertunjukan, Kelola melihat perlunya pendekatan baru yang lebih strategis dan berkelanjutan. Inilah yang melahirkan Produksi Karya Inovatif—sebuah program yang menggunakan perspektif keproduseran sebagai model kerjanya.
Apa yang Berbeda?
- Dari Hibah ke Ko-Produksi
Jika sebelumnya Hibah Seni memberikan dukungan produksi karya dengan skema pendanaan bagi seniman, Produksi Karya Inovatif mengusung model ko-produksi. Dalam pendekatan ini, Kelola tidak hanya mengampu sebagian aspek finansial, tetapi juga mendampingi proses pengembangan gagasan dan produksi karya, dengan harapan bahwa karya-karya hasilkan dengan tata kelola yang lebih sehat dan memiliki dampak yang lebih luas. - Pendampingan Keproduseran
Salah satu tantangan dalam produksi seni pertunjukan di Indonesia adalah aspek keproduseran, yang hingga beberapa tahun terakhir ini memang belum disadari urgensinya. Melalui Produksi Karya Inovatif, para seniman dan produser berkesempatan untuk menguji coba metode produksi yang lebih efektif, mengembangkan upaya-upaya untuk memperluas aksesibilitas penonton, serta memperpanjang nafas karya yang dihasilkan dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada di sekitar. - Forum Pengembangan Gagasan
Berbeda dengan Hibah Seni yang lebih berorientasi pada hasil, Produksi Karya Inovatif menekankan pada pentingnya proses. Dengan mengambil peran sebagai fasilitator, Kelola membuka ruang pertemuan online secara reguler bagi para seniman dan produser dengan pendampingan dalam diskusi. Latar belakang yang berbeda-beda, begitu pula konteks lokal di mana gagasan muncul dan produksi karya akan berlangsung, akan memantik pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara para seniman dan produser; dengan demikian, akan membantu menajamkan konsep artistik masing-masing, mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru dalam produksi, serta mendapatkan perspektif tambahan dalam mengembangkan strategi keproduseran. - Dokumentasi dan Distribusi
Dengan prinsip bahwa produksi pertunjukan merupakan sebuah produksi pengetahuan, Kelola memandang pentingnya pementasan berulang sebuah karya di berbagai tempat sebagai upaya distribusi pengetahuan yang lebih luas. Selain itu, pementasan ulang juga menjadi upaya untuk membangun lapisan-lapisan audiens pertunjukan. Kelola mendorong karya-karya yang dihasilkan dalam program Produksi karya Inovatif untuk dapat diakses kembali seusai pertunjukan perdana; dua di antaranya dengan bekerja sama dengan platform presentasi pertunjukan di dalam negeri dan mengunggah dokumentasi pertunjukan ke kanal YouTube Kelola. Dengan demikian, untuk memastikan dokumentasi berlangsung dengan memadai, Kelola turut mendampingi juga prosesnya. - Kolaborasi dan Inklusivitas
Kelola memandang pentingnya peran produser dalam proses produksi karya yang lebih sehat dan dalam upaya perluasan akses karya, sehingga program Produksi Karya Inovatif mensyaratkan kemitraan seniman dengan produser. Para produser juga difasilitasi untuk saling berbagi strategi manajerial, perluasan akses publik, maupun potensi kemitraan dengan berbagai pihak, dalam forum pertemuan online secara reguler. Dengan prinsip kolaborasi dan inklusivitas, program ini menjadi bagian dalam upaya memperkuat ekosistem seni pertunjukan Indonesia dengan cara yang lebih strategis dan berkelanjutan.
10 Mitra Seniman dan Produser Terpilih
297 proposal yang diterima melalui proses panggilan terbuka (open call) diseleksi oleh tim review yang terdiri dari seniman dan pelaku seni aktif yang memiliki pemahaman tentang situasi terkini ekosistem seni pertunjukan Indonesia serta memiliki wawasan tentang isu-isu global terkait seni pertunjukan. Berpegang pada prinsip inklusivitas, mereka juga membawa perspektif keberagaman generasi, suku, gender, serta kelompok minoritas. Dengan fokus utama pada tawaran inovasi gagasan penciptaan serta relevansinya pada situasi saat ini, 10 seniman berikut produser masing-masing telah dipilih untuk mendapatkan kesempatan menciptakan karya pertunjukan bersama Kelola; mereka adalah:
Seniman | Produser | Domisili |
Bulqini | Sugianti Ariani | Bandung |
Rachmat Mustamin | Agus Citra Sasmita | Makassar |
Fioretti Vera | B.M. Anggana | Yogyakarta |
Leu Wijee | Muhammad Abe | Palu, Jakarta, Yogyakarta |
Otniel Tasman | Dina Triastuti | Banyumas, Yogyakarta |
Eka Wahyuni dan Azwar Ahmad | Linda Mayasari | Yogyakarta, Berau |
Wayan Sumahardika | Agus Wiratama | Denpasar |
Ayu Permata Sari | Nabilla Kurnia | Kotabumi |
Josep Razaqi | Selma Jasmine | Bandung |
Wulan Saraswati dan Marianus Nuwa | Eka Putra Nggalu | Denpasar, Maumere |
Produksi Karya Inovatif merupakan bentuk uji coba Kelola dalam model penyelenggaraan program di mana perhatian tidak semata difokuskan pada gagasan artistik, namun juga aspek keproduseran, peluang pertukaran gagasan, serta penguatan jejaring kerja di ekosistem seni pertunjukan di Indonesia. Kami percaya bahwa inisiatif ini akan mendorong lahirnya karya-karya inovatif yang relevan dengan situasi saat ini, dan berpotensi memberikan dampak lebih luas bagi publik dan perkembangan seni pertunjukan di Indonesia.
Produksi Karya Inovatif didukung oleh Kementerian Kebudayaan dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan.
Pantau terus perjalanan penciptaan karya inovatif para seniman dan produser di atas melalui kanal komunikasi Yayasan Kelola.