Goyang Penasaran
14-16 Desember 2013: Teater Garasi, Bantul, Yogyakarta
Tentang Karya
Sekitar bulan Mei dan Juni, saya mulai mengajak Agung Kumiawan (penata artistik), juga Risky Summerbee (pengarah suara dan musik) untuk membicarakan kemungkinan yang hendak ditawarkan oleh “Goyang Penasaran” (GP) versi pertunjukan: yang tidak sekedar memindah cerita ke dalam lakon tetapi juga membuka ruang pemaknaan yang segar atas tema yang dibicarakan GP melalui gagasan estetika pertunjukan yang kami mainkan. Latar cerita, yakni kehidupan masyarakat kampung pinggiran, juga dangdut dan horor dalam cerita GP menuntun kami untuk menegaskan pilihan realisme saya pada bentuk sandiwara yang bersahaja dan berselera “picisan” (low-brow).
Memilih sandiwara juga saya lihat strategis karena sandiwara tidak perlu patuh pada konvensi realisme (Barat) yang tidak menerima kehadiran hantu dan adegan kilas balik dalam lakon horor kami. Sandiwara memang lebih merujuk
pada bentuk yang tercipta dari persilangan antara gagasan teater realis Barat dengan teater tradisional Indonesia. Pilihan ini kelak membuka kemungkinan permainan atas gagasan realisme yang lebih liar dan sekadar mewujudkan adegan kilas balik dan membebaskan hantu berkeliaran dalam lakon GP yang kami tawarkan.