Irwansyah Harahap
Lahir di Medan pada tanggal 21 Desember 1962, Irwansyah Harahap tumbuh di lingkungan keluarga penggemar musik. Sejak usia 5 tahun, Irwansyah mulai mengenal gitar dan memainkan lagu-lagu klasik, lalu saat remaja perhatiannya tertuju pada musik jazz. Ia mengambil Jurusan Etnomusikologi (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Sumatera Utara (USU) di tahun 1983. Kemudian, Irwansyah melanjutkan pendidikan Master Etnomusikologi di University of Wellington Seattle, AS.
Semasa kuliah, Irwansyah aktif terlibat dalam kegiatan seni musik tradisional Batak di Lembaga Kesenian USU, mulai dari memainkan alat tabuh Taganing, alat petik hasapi hingga ansambel gordang sambilan Mandailing. Melalui aktivitas ini, ia pun berkesempatan mengikuti misi kesenian ke beberapa negara Eropa dan Asia. Irwansyah juga pernah bertemu dan belajar dengan sejumlah seniman ternama, seperti Edward C. van Ness, Sujath Khan, Akhram Khan, Silvestre Randafison, Darius Talai, dan Nusrat Fateh Ali Khan.
Pada dasarnya, karya-karya musik Irwansyah mengacu pada elemen konseptual maupun praktikal dari berbagai kebudayaan musik tradisi dunia (roots music). Selain memainkan sarana alat-alat musik tradisi dunia, ia juga cenderung merancang ulang alat musik konvensional ke dalam bentuk-bentuk tuning, teknik permainan, maupun karakteristik idiomatik bunyi yang berbeda-beda. Bahkan, tak jarang ia membuat alat musik khusus dan mengintegrasi ulang gagasan konspetual maupun praktikal dari fenomena musik dunia ke dalam formula baru, baik dalam pembentukan struktur dasar ritmikal maupun orientasi unsur melodi.
Setelah merampungkan studi master, Irwansyah dan istrinya Rithaony Hutajulu membentuk Suarasama, kelompok musik yang memainkan karya berbasis musik tradisi dunia. Bersama Suarasama, ia melahirkan sejumlah album musik, di antaranya “Fajar di Atas Awan”, “Rites of Passages”, “Lebah” dan “Timeline”. Selain itu, mereka juga kerap diundang dalam berbagai festival di dalam dan luar negeri, salah satunya forum Asia Pasific Performance Exchange (APPEX) 1997 di Los Angeles, Amerika Serikat.
Tahun 2003, Irwansyah meraih dukungan Hibah Seni Kelola kategori Karya Inovatif untuk karya “Melintas Bunyi”. Atas sumbangsihnya di bidang musik, ia menerima Anugerah Kebudayaan untuk kategori Pencipta, Pelopor dan Pembaharu dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2017). Irwansyah aktif mengajar di Departemen Etnomusikologi Program Studi (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya USU, Medan dan menjadi Ketua Lembaga Jendela Toba, Medan.