en id

Fitri Setyaningsih


Fitri Setyaningsih lahir 26 Agustus 1978 di Surakarta namun dibesarkan di Kendal, Jawa Tengah. Sejak kecil, Fitri sudah akrab dengan seni tradisi, mulai dari menonton ketoprak hingga belajar menari Jawa. Selepas SMP, Fitri kembali ke Surakarta dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (sekarang SMKN 7 Surakarta). Kemudian, ia mengambil jurusan tari jalur koreografi di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (sekarang Institut Seni Indonesia) di Surakarta.

Semasa kuliah, Fitri mulai mendalami ragam tari tradisi daerah lain, seperti Bali, Sunda, Banyuwangi, dan Toraja. Pada saat yang sama, ia mulai tertarik pada koreografi karena merasa lebih bebas mengekspresikan diri. Lulus dari ISI, Fitri aktif menjadi penari untuk berbagai karya koreografer lain. Ia juga rajin membekali diri dengan mengikuti lokakarya tari di dalam maupun luar negeri, seperti London, Dubai, dan Abu Dhabi. Di Indonesia, Fitri pernah mengikuti workshop tari Pappa Tarahumara, penari butoh Yukio Waguri dari Jepang, serta Tony Yap.

Baginya, tari tradisi memberi nafas sekaligus memperkuat karya-karyanya, seperti bentuk ketenangan, kekokohan, dan spirit. Ia juga senang menampilkan sesuatu yang unik sekaligus menggali hubungan tubuh dengan benda sekitar. Dalam karyanya, Fitri menggunakan gerakan sehari-hari, bahkan memanfaatkan barang di sekitarnya sebagai properti. Fitri berupaya menyampaikan pesan pada setiap karyanya, misalnya sosial politik.

Fitri banyak berkolaborasi dengan beragam seniman lintas bidang dari dalam maupun luar negeri, antara lain Fajar Satriadi, Katarina Wuthrich, Asia Ramli (Teater Kita, Makassar), Pelok Sutrisno (Teater Gapit, Solo), Suprapto Suryodarmo, Gerald Holthuis, Melati Suryodarmo, Marie Labarele, dan lain sebagainya. Ia juga beberapa kali berkolaborasi dengan perupa dan tampil di galeri, salah satunya tampil dalam pameran lukisan Hanafi di Studio Taksu Jakarta dan Komaneka Art Galeri Denpasar. Fitri pernah menerima Hibah Seni Kelola kategori Pentas Keliling untuk karya “Bedoyo Silikon” (2005) dan “Pidato Bunga-bunga” (2007).

Sign Up For Our Newsletter

Stay update and get our latest news right into your inbox